Minggu, 01 Januari 2012

KAUKAH "WANITA TERPILIH" ITU?

Istri adalah “wanita terpilih” bagi suami. Ia terpilih untuk menjadi tempat bersandarnya hati yang dipenuhi gelora rindu dan hasrat yang menuntut untuk direngkuh.Ia terpilih sebagai tempat berlabuh cinta dan kasih sayang suami. Ia terpilih untuk dipimpin dan mentaatinya dalam kebaikan. Istri juga terpilih sebagai wanita yang akan bertanggung jawab mengurus anak-anak, harta dan rumah suaminya; menjadi madrasah utama bagi generasi penerusnya; menjadi manajer keuangan dan penjaga kondisi rumah yang kondusif bagi suami.
Menjadi “wanita terpilih” adalah kedudukan yang dapat mengantarkan seorang istri mendapatkan kemuliaan, baik di mata manusia bahkan di mata Alloh ‘Azza wajalla. Seorang istri harus bisa menjadikan pernikahan menjadi ladang ibadah bagi dirinya dan suaminya yang akan membuahkan pahala dan tentu saja kebarokahan. Karena pernikahan adalah ladang yang tak terperi luasnya. Segala hal dapat berbuah pahala jika kita ikhlas meniatkannya sebagai ibadah. Bahkan “jima’” pun bernilai ibadah di mata Alloh jika kita niatkan sedekah kepada pasangan. Apalagi jika seorang istri mampu membangun atmosfer dalam setiap sendi kehidupan rumah tangga hanya berorientasi dalam rangka beribadah pada Alloh ‘azza wajalla.
Alangkah sia-sianya jika seorang istri hanya berpikiran bahwa ia satu-satunya orang yang terpilih untuk dibahagiakan oleh suaminya sehingga ia berhak menuntut dan berbuat sekehendak hatinya. Tak jarang alih-alih membuat istrinya bahagia, seorang suami rela melakukan apa saja bahkan jika terpaksa mengabaikan orangtua, saudara atau kerabatnya. Waiyyau’dzubillah..
Namun sebagai wanita beriman tentunya kita tidak akan melakukan hal seperti itu. Sebisa mungkin kita mendukung suami untuk tetap melakukan amalan-amalan terbaik. Jika suami melakukan amal sholeh karena anjuran dan dukungan sang istri,maka  istri pun akan mendapatkan pahala tanpa terkurang sedikit pun.
Jika sebelum menikahi kita suami telah terbiasa bersedekah kepada orangtua atau saudara-saudaranya, kita tidak boleh meminta suami untuk tidak bersedekah lagi karena alasan hal itu akan mengurangi nafkahnya pada kita. Bukankan Alloh memiliki balasan yang terbaik bagi orang-orang yang mau bersedekah? Miskinkah kita setelah bersedekah?
Itu hanya salah satu contoh, apalagi jika kita dianugerahi seorang suami yang sholeh; yang selalu menjaga hak-hak Alloh dan berbuat adil bagi orang lain. Maka tidak ada alasan untuk menghalanginya mengerjakan amal sholeh. Jika setelah beristri seorang suami ibadahnya menjadi kendor, maka istri perlu bertanya pada dirinya sendiri ”Apakah aku telah mampu menjaga (agama) suamiku?”
Jika seorang wanita menemui bahwa agamanya lebih baik daripada suami, maka kewajibannya lah untuk  senantiasa mengingatkan dan menasihati dalam kesabaran. Karena takdir Alloh juga kadang menentukan agama seorang istri lebih baik daripada suami. Bukan tidak mungkin, suami akan mendapatkan hidayah karena keshalihahan sang istri.
Wahai para istri... tidakkah kita ingin menjadi sesuatu yang dicari bagi manusia? Lihatlah betapa berharganya kita ketika Rosulullah bersabda ” Hendaknya yang kalian cari adalah hati yang selalu bersyukur, lisan yang selalu berdzikir, dan istri yang membantu kalian untuk meraih akhirat” (Riwayat At-Thirmidzi).
Semoga kita termasuk perhiasan paling berharga di dunia ini.....menjadi permata sholihah. Yang akan menghantarkan kita pada perjumpaan abadi di jannah-Nya dengan orang yang telah memilih kita menjadi ”wanita terpilih”. Ya....perjumpaan kekal dengan suami kita. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar