“Siapa
yang mengatakan bahwa berjabat tangan antara laki-laki dan perempuan yang bukan
mahramnya itu halal? Apa dalilnya? Biar aku bukakan kitabnya di depan
orangnya!”
Tanpa
disadari, air mataku pun menetes demi mendengar perkataan suamiku. Aduhai,,,
aku tahu benar bukan maksud beliau untuk menyombongkan diri. Beliau hanya gemas
dengan orang-orang di desaku, yang menganggap diriku masuk aliran sesat karena
tidak mau berjabat tangan dengan laki-laki bukan mahram. Apalagi yang
mengatakannya adalah orang yang dianggap “alim” di desa.
Tapi aku
menangis bukan karena dibela, bukan karena sakit hati dengan sikap masyarakat
di desa. Aku teringat beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum aku mengenal
laki-laki yang kini jadi suamiku. Aku teringat pada malam-malamku saat
bersimpuh di hadapan-Nya. Saat aku menyampaikan permintaan kecil pada-Nya. “Ya
Allah, aku memang bukan wanita yang memiliki kesucian seperti para wanita mulia
yang hidup pada zamannya. Aku tidak semulia Khadijah, Fatimah, Asiah atau
Maryam. Aku hanya seorang wanita yang Engkau beri nikmat tiada terkira
yaitu hidayah untuk mengerti agamaMu. Maka aku minta berikan padaku seorang
pendamping hidup yang akan menjagaku untuk terus istiqomah di jalanMu yang
lurus ini.”
Dan
ketika saatnya aku dipertemukan dengannya, laki-laki yang kini menjadi
suamiku…. Aku tahu, dia bukan sosok ikhwan seperti yang aku dambakan. Dia bukan
ikhwan yang setiap Ahad ikut kajian yang sama denganku. Dia masih
berjabat tangan dengan wanita pada umumnya, dia masih mau memboncengkan
teman-teman wanitanya. Yang aku tahu, dia adalah orang baik hati, penyabar dan
pekerja keras.
Sampai
disitu, aku tetap berkhusnudzan pada-Nya. Karena jika harta yang aku cari, ia
sama sekali bukanlah soerang hartawan. Jika ketampanan yang membuatku takluk,
ia pun bukan seorang rupawan. Aku tetap yakin, Allah tidak akan menyia-nyiakan
do’aku..Allah tidak akan menyia-nyiakan keimananku….
Dan hari
ini… aku patut bersyukur pada-Nya, memuji kebesaran-Nya. Allah pun berikan
hidayah pada imamku; pada orang yang dari tulang rusuk kirinya diriku
diciptakan. Sungguh, nikmat luar biasa memiliki imam yang bisa membimbing
meniti jalan yang lurus ini…
Untuk para
akhwat/wanita yang belum menemukan jodohnya…,janganlah meminta jodoh dengan
kriteria kaya, ganteng atau kriteria duniawi lainnya semata. Banyak rumah
tangga yang dikuasai oleh obsesi dunia sehingga kehilangan arah tujuan yang
hakiki. Kejarlah akhirat maka dunia akan mengikuti. Kejarlah pasangan hidup
dengan kriteria ukhrawi, bukankah kita ingin menjadi istri bagi suami kita
bukan hanya di dunia? Kita tentunya ingin menjadi bidadarinya di surga kelak.
Dan yang telah mengarungi bahtera hidup rumah tangga, hendaklah senantiasa
meng-update visi dan misi rumah tangga agar selalu dalam rangka mencari
ridha-Nya. Mengoreksi niat pernikahan dan membekali dengan ilmu agama.
Barokalllahufiikum.
Mei 29,
2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar